KU
TUNGGU KAU DIBAWAH KAKI BUKIT BARISAN
Di bawah sang rembulan yang mulai menampakan
wajahnya di langit, terlihat samar-samar sosok pria dewasa yang sedang duduk
santai didepan rumah, entah apa yang sedang dinantinya, mungkinkah rembulan
yang sedang mulai bersinar terang. Tampak tidak begitu banyak yang ia lakukan
saat itu, matanya hanya tertuju pada sang rembulan dan sesekali ia juga
memandang langit yang juga dipenuhi bintang-bintang yang menghiasi langit yang
kemudian menambah terangnya sang malam.
Dalam keheningan itu ia hanya bisa meratapi
setiap apa yang telah terjadi dalam dirinya, dan ditemani suara-suaran jangkrik
yang saling bersahutan. Dalam hatinya berkata “ Apa yang salah dengan takdir ku
Tuhan?? “ semua terasa berat hendak ku lalui, namun patutkah aku hanya
berpangku tangan dan meneteskan air mata disetiap mengingat takdir ku.
Dengan hamparan padi yang sedang menguning
dan ditemani sang rembulan yang terus menampakan dirinya, Ia terus saja
memandang langit dan luasnya hamparan padi didesa itu. Malam itu merupakan
malam pertama baginya menginjakan kakinya di desa tersebut, desa yang terletak
di hamparan pulau kecil, namun menyimpan segudang keindahan dan alamnya yang
begitu asri sehingga siapa pun yang berada disana akan merasa tenang dan bahagia.
Dari kejauhan suara mulai terdengar ada yang
memanggil nama “Yudha”, dan ternyata yang terdengar sayup-sayup itu adalah paman Yudha yang merupakan pemilik rumah yang sedang menjadi tempat berteduh ia malam
itu.
Oiya para sahabat fay dimana pun berada, kita
belum kenalkan siapa itu Yudha? pria yang satu ini akrab disapa dengan Yudha,
dengan nama lengkap Yudha Ferdiansyah dan ia jauh-jauh datang kedesa karena
ingin berlibur dan melepas segala penat dari rutinitasnya yang hari-harinya
disibukkan dengan pekerjaan dan lain-lainnya.
Momentum liburan itu benar-benar
dimanfaatkannya untuk menenangkan pikirannya dari segala rutinitas yang
terkadang membuat pikirannya tidak tenang, dan tidak hanya itu, berbagai
masalah pribadi yang ia alami juga adalah salah satu alasan utamanya ingin
berlibur di salah satu desa yang juga merupakan bagian dari tanah kelahirannya.
Dengan niat awal sebagai tempat untuk
menenangkan pikiran, disisi lain malam itu menjadi tempat renungang bagi Yudha,
karena heningnya malam itu membuatnya hanyut dalam lamunan yang jauh akan
hidupnya. Di usianya yang sudah 30 tahunan atau sering disebut dengan kepala
tiga. Sudah tentu begitu banyak yang membuatnya menjadi galau, salah satunya ia
ingin sekali bisa melepas masa lajangnya dengan memiliki sebuah keluarga yang
utuh dan menjadi keluarganya kelak sebagai tempat ternyaman yang ia miliki.
Sampai detik ini tanda-tanda itu belum juga
menghampirinya, seakan mimpi buruk baginya yang selalu membayanginya dikala
malam hari, terasa sendiri dan sepi. Dan jauh dari lamunan itu terdengar
kembali sahutan suara yang mulai lantang terdengar memanggil namanya, dan sang
paman pun mulai menghampiri Yudha yang sedang duduk diteras rumah milik sang
paman tersebut. Dengan membawakan segelas kopi hangat ditangannya dan kemudian
menyugukan pada Yudha untuk meminumnya agar ia tetap hangat disaat malam hari
yang terkadang anginnya mampu menusuk jauh kerelung tulang terdalam.
Sembari meneguk secangkir kopi hitam yang
disajikan sang paman pun bertanya pada Yudha yang kala itu tampak sedang asyik
termenung dan menatap sang rembulan yang sangat indah dihiasi oleh bintang
bintang dilangit.
“Kamu tahu Yudha, kenapa setiap malam yang
cerah sang rembulan selalu ditemani oleh para bintang-bintang yang bersinar
terang?”
“Ngak Paman, tapi mungkin itu takdirnya, karena
Tuhan menciptakan rembulan dan bintang-bintang untuk menghiasi langit di malam
hari”
Dan tawa
sang paman itu pun terdengar lantang ditelinga Yudha, seraya berkata
“Jawaban kamu itu polos sekali seperti anak
SD” hahaha
“Memang kenyataannya begitukan paman??”
“Secara harfiahnya mungkin begitu, tapi kamu
lupa kenapa disaat rembulan dan langit terlihat cerah selalu hadir
bintang-bintang menemani??”
Filosofinya adalah jika ingin melihat
rembulan dan bintang-bintang dilangit, harus lah disaat cuaca lagi cerah dan
langit tidak berawan. Sama halnya dalam hidup ini, jika kamu ingin selalu
seperti malam yang diterangi sang rembulan serta selalu dipenuhi
bintang-bintang dilangit, harus lah disaat cuaca cerah, bukan saat hujan atau
pun mendung. Kamu harus mampu menciptakan hidup mu seperti langit yang cerah,
agar sang rembulan dan bintang-bintang itu hadir dalam hidup mu. Jika kamu
terus menyesali setiap apa yang terjadi dan pasrah akan takdir mu maka kamu
tidak akan pernah bisa melihat rembulan dan bintang-bintang yang selalu
memancarkan sinarnya bagi alam semesta.
Sontak Yudha terdiam mendengar perkataan sang
paman, perumpamaannya begitu mengena dalam hati dan pikirannya, karena
terkadang ia lupa bahwa untuk mendapatkan kebahagian itu bukan hanya dengan
menunggu, diciptakan. Sama halnya dengan hadirnya sang rembulan dan
bintang-bintang yang nan indah itu, mereka hadir apabila langit cerah bukan
sedang hujan atau mendung...sama halnya jika aku terus bersedih akan nasib ini,
maka tidak akan ada keindahan yang akan mau menghampiri.
Dan suara ayam jantan berkokok pun terdengar
jelas dari belakang rumah sang paman, dan kokokan ayam pun sudah menjadi
petanda khusus bahwa hari sudah semakin larut malam, dan sudah saatnya untuk
mengistirahatkan seluruh anggota tubuh yang telah lelah seharian beraktifitas.
“Sekarang kita tidur lagi, besok kita sambung
lagi ngobrol-ngobrolnya. Jangan terlalu dipikirkan, jalani hidup ini dengan
penuh rasa optimistis, karena yakinlah setiap apapun yang terjadi atas kita itu
sudah bagian dari rencana Tuhan (Allah SWT)”. Tegas sang paman
“Iya paman”
Lalu Yudha berlalu dan langsung menghampiri
kamar yang telah disediakan untuknya, kemudian iapun pun merebahkan
tubuhnya, sembari memikirkan apa yang telah disampaikan oleh sang paman
kepadanya. Dan tanpa terasa matanya pun terpejam dan mulai hanyut dalam
mimpinya.
Bersambung besok
lagi yaaa.......
0 komentar:
Posting Komentar