RSS
Jurnal Pribadi Muhammad Syafi'i

Sebuah Cerpen Romance dengan nuansa Riligi "Ku Tunggu Kau Di Bawah Kaki Bukit Barisan"

KU TUNGGU KAU DIBAWAH KAKI BUKIT BARISAN


        Di bawah sang rembulan yang mulai menampakan wajahnya di langit, terlihat samar-samar sosok pria dewasa yang sedang duduk santai didepan rumah, entah apa yang sedang dinantinya, mungkinkah rembulan yang sedang mulai bersinar terang. Tampak tidak begitu banyak yang ia lakukan saat itu, matanya hanya tertuju pada sang rembulan dan sesekali ia juga memandang langit yang juga dipenuhi bintang-bintang yang menghiasi langit yang kemudian menambah terangnya sang malam.
         Dalam keheningan itu ia hanya bisa meratapi setiap apa yang telah terjadi dalam dirinya, dan ditemani suara-suaran jangkrik yang saling bersahutan. Dalam hatinya berkata “ Apa yang salah dengan takdir ku Tuhan?? “ semua terasa berat hendak ku lalui, namun patutkah aku hanya berpangku tangan dan meneteskan air mata disetiap mengingat takdir ku.
       Dengan hamparan padi yang sedang menguning dan ditemani sang rembulan yang terus menampakan dirinya, Ia terus saja memandang langit dan luasnya hamparan padi didesa itu. Malam itu merupakan malam pertama baginya menginjakan kakinya di desa tersebut, desa yang terletak di hamparan pulau kecil, namun menyimpan segudang keindahan dan alamnya yang begitu asri sehingga siapa pun yang berada disana akan merasa tenang dan bahagia.
        Dari kejauhan suara mulai terdengar ada yang memanggil nama “Yudha”, dan ternyata yang terdengar sayup-sayup itu adalah paman Yudha yang merupakan pemilik rumah yang sedang menjadi tempat berteduh ia malam itu.

       Oiya para sahabat fay dimana pun berada, kita belum kenalkan siapa itu Yudha? pria yang satu ini akrab disapa dengan Yudha, dengan nama lengkap Yudha Ferdiansyah dan ia jauh-jauh datang kedesa karena ingin berlibur dan melepas segala penat dari rutinitasnya yang hari-harinya disibukkan dengan pekerjaan dan lain-lainnya.
      Momentum liburan itu benar-benar dimanfaatkannya untuk menenangkan pikirannya dari segala rutinitas yang terkadang membuat pikirannya tidak tenang, dan tidak hanya itu, berbagai masalah pribadi yang ia alami juga adalah salah satu alasan utamanya ingin berlibur di salah satu desa yang juga merupakan bagian dari tanah kelahirannya.
       Dengan niat awal sebagai tempat untuk menenangkan pikiran, disisi lain malam itu menjadi tempat renungang bagi Yudha, karena heningnya malam itu membuatnya hanyut dalam lamunan yang jauh akan hidupnya. Di usianya yang sudah 30 tahunan atau sering disebut dengan kepala tiga. Sudah tentu begitu banyak yang membuatnya menjadi galau, salah satunya ia ingin sekali bisa melepas masa lajangnya dengan memiliki sebuah keluarga yang utuh dan menjadi keluarganya kelak sebagai tempat ternyaman yang ia miliki.
        Sampai detik ini tanda-tanda itu belum juga menghampirinya, seakan mimpi buruk baginya yang selalu membayanginya dikala malam hari, terasa sendiri dan sepi. Dan jauh dari lamunan itu terdengar kembali sahutan suara yang mulai lantang terdengar memanggil namanya, dan sang paman pun mulai menghampiri Yudha yang sedang duduk diteras rumah milik sang paman tersebut. Dengan membawakan segelas kopi hangat ditangannya dan kemudian menyugukan pada Yudha untuk meminumnya agar ia tetap hangat disaat malam hari yang terkadang anginnya mampu menusuk jauh kerelung tulang terdalam.
        Sembari meneguk secangkir kopi hitam yang disajikan sang paman pun bertanya pada Yudha yang kala itu tampak sedang asyik termenung dan menatap sang rembulan yang sangat indah dihiasi oleh bintang bintang dilangit.

“Kamu tahu Yudha, kenapa setiap malam yang cerah sang rembulan selalu ditemani oleh para bintang-bintang yang bersinar terang?”

“Ngak Paman, tapi mungkin itu takdirnya, karena Tuhan menciptakan rembulan dan bintang-bintang untuk menghiasi langit di malam hari”

Dan tawa sang paman itu pun terdengar lantang ditelinga Yudha, seraya berkata

“Jawaban kamu itu polos sekali seperti anak SD” hahaha

“Memang kenyataannya begitukan paman??”

“Secara harfiahnya mungkin begitu, tapi kamu lupa kenapa disaat rembulan dan langit terlihat cerah selalu hadir bintang-bintang menemani??”

      Filosofinya adalah jika ingin melihat rembulan dan bintang-bintang dilangit, harus lah disaat cuaca lagi cerah dan langit tidak berawan. Sama halnya dalam hidup ini, jika kamu ingin selalu seperti malam yang diterangi sang rembulan serta selalu dipenuhi bintang-bintang dilangit, harus lah disaat cuaca cerah, bukan saat hujan atau pun mendung. Kamu harus mampu menciptakan hidup mu seperti langit yang cerah, agar sang rembulan dan bintang-bintang itu hadir dalam hidup mu. Jika kamu terus menyesali setiap apa yang terjadi dan pasrah akan takdir mu maka kamu tidak akan pernah bisa melihat rembulan dan bintang-bintang yang selalu memancarkan sinarnya bagi alam semesta.
       Sontak Yudha terdiam mendengar perkataan sang paman, perumpamaannya begitu mengena dalam hati dan pikirannya, karena terkadang ia lupa bahwa untuk mendapatkan kebahagian itu bukan hanya dengan menunggu, diciptakan. Sama halnya dengan hadirnya sang rembulan dan bintang-bintang yang nan indah itu, mereka hadir apabila langit cerah bukan sedang hujan atau mendung...sama halnya jika aku terus bersedih akan nasib ini, maka tidak akan ada keindahan yang akan mau menghampiri.
      Dan suara ayam jantan berkokok pun terdengar jelas dari belakang rumah sang paman, dan kokokan ayam pun sudah menjadi petanda khusus bahwa hari sudah semakin larut malam, dan sudah saatnya untuk mengistirahatkan seluruh anggota tubuh yang telah lelah seharian beraktifitas.

“Sekarang kita tidur lagi, besok kita sambung lagi ngobrol-ngobrolnya. Jangan terlalu dipikirkan, jalani hidup ini dengan penuh rasa optimistis, karena yakinlah setiap apapun yang terjadi atas kita itu sudah bagian dari rencana Tuhan (Allah SWT)”. Tegas sang paman

“Iya paman”

Lalu Yudha berlalu dan langsung menghampiri kamar yang telah disediakan untuknya, kemudian iapun pun merebahkan tubuhnya, sembari memikirkan apa yang telah disampaikan oleh sang paman kepadanya. Dan tanpa terasa matanya pun terpejam dan mulai hanyut dalam mimpinya.


Bersambung besok lagi yaaa.......

0 komentar:

Posting Komentar