Cerpen : “Panggil
Aku Adik mu”
Sore
itu turun rintik-rintik hujan dikala petang dan langit yang sedikit tertutup
awan gelap mulai menyapa dunia, terlintas dipikiran Faisal untuk ikut berangkat
kepelabuhan untuk menunggu kedatangan saudara laki-laki (abang) yang telah 1
(satu) tahun terakhir tidak pulang kerumah, karena harus menuntut ilmu di ibu
kota Propinsi Riau yaitu Kota Pekanbaru. Dihalaman rumah sudah bersiap-siap
seorang Bapak paruh baya yang sedang mengendarai sepeda motor sedang menunggu
hujan reda. Dan tak lama kemudian terdengar suara teriakan.
“Abah
ngak jadi jemput abang ke pelabuhan?” tanya
Faisal lantang
“Iya
Abah sedang menunggu hujan reda nak” jawab
sang Ayah
“Jika
Abah terus menunggu hujan, nanti abang bisa lama menunggu di pelabuhannya,
kasihan abang Bah, apalagi gerimis begini” tegas
Faisal kembali
“Ya
nak, kamu benar juga, kalau begitu Abah berangkat sekarang”
Dengan
mengambil jas hujan yang sedang tergantung tidak jauh dari teras rumah mereka,
dan kemudian sang Ayah pun bergegas menghidupkan kembali sepeda motor yang
sebelumnya sempat ia matikan karena terlalu lama menunggu.
“Abah
berangkat jemput abang dulu ya nak” tegas
sang ayah
Dari
sudut jendela kayu itu Faisal melihat sang Ayah berlalu ditengah hujan yang
berjatuhan membasahi bumi ini. dan disela-sela itu Faisal hanya mampu berdoa
agar diberikan keselamatan kepada kedua orang yang ia sayangi, dan berharap
segera bisa bertemu dengan sang kakak laki-laki satu-satunya.
Dan
setelah 1 jam berlalu, tiba-tiba suara klakson motor yang sangat tidak asing bagi
Faisal terdengar begitu lantang ditelinganya. Dan tanpa berpikir panjang lagi
Faisal langsung menuju keteras rumah dimana bunyi klakson motor itu terdengar
jelas. Dan sesuatu yang ia tunggu telah hadir didepan matanya, yaitu seorang
saudara laki-laki (abang) yang selama ini jarang sekali bertemu, karena sang
kakak sekolah di kota untuk menuntut ilmu disalah satu sekolah negeri di kota
Pekanbaru.
Tanpa
basa-basi Faisal langsung memeluk sang kakak, dengan penuh rasa senang Faisal
tidak henti-hentinya bertanya kepada abangnya tersebut.
“Kenapa
lama sekali sekolahnya, kapan selesai, terus kenapa mesti sekolah jauh-jauh,
sementara dikampung juga ada sekolah kok”
“Eeehhh
adik abang yang bawel, baru saja abang sampai dirumah dan jangan kan disuruh
masuk, tapi malah sibuk ditanya-tanya yang ngak penting”. Tegas Diar, begitu sapaan akrab”
Sebenarnya
Diar memiliki nama asli yaitu Nadiar, tapi orang-orang disekitar kerap
memanggilnya dengan sapaan Diar. Dan dengan nada meledek sang adik, ia
melontarkan candaan yang membuat Faisal menjadi kesal. Begitu lah layaknya
sebagai seorang kakak adik, canda tawa itu selalu hadir jika sudah bertemu,
namun tidak hanya ada canda tawa saja, tapi bahkan tidak kalah sering timbul
sebuah sebuah perselisihan atau perdebatan yang terkadang tidak perlu untuk
diperdebatkan. Sebut saja hanya karena sebuah mainan yang dipakai oleh adik
atau abang, atau karena merasa iri mendapatkan perhatian lebih diantara mereka.
Sungguh suatu pemandangan yang kerap terjadi dilingkungan sebuah rumah tangga
dengan memiliki anak baik putra maupun putri.
Sore
itu merupakan hari yang sangat membahagiakan bagi Faisal, karena kerinduannya
yang selama ini kepada sang kakak dapat terlepaskan. Rasanya semua yang selama
ini yang ingin disampaikan akan diceritakan kepada sang kakak. Hal ini bukan
tanpa alasan sudah hampir 1 tahun lamanya sang kakak tidak pulang kampung dan
intensitas pertemuan mereka pun sangat jarang, hanya mampu lewat sepucuk surat
yang terkadang dititipkan kepada sanak keluarga yang kebetulan ke kota. Dan ini
merupakan salah satu cara bagi Faisal untuk berkomunikasi dengan sang
kakak.
Tak
beberapa hari berselang waktu libur sekolah pun mulai berakhir, sehingga
mengharuskan Diar sang kakak laki-laki pergi kembali meninggalkan rumah guna
untuk menuntut ilmu disekolah yang lebih baik di kota. Dan ini sudah tentu
menjadi pukulan terberat bagi Faisal untuk berpisah kembali dengan sang kakak,
mungkin kedengarannya aneh, kenapa Faisal begitu merasa sangat kehilangan sosok
sang kakak laki-lakinya tersebut, hal ini disebabkan Faisal sering merasa
cemburu dengan teman-teman sebayanya yang sering membanggakan abangnya dan
menjadikan mereka sebagai pelindung disaat mereka mendapakan perlakuan yang
kurang baik dari teman-teman sebaya mereka. Hal itu tidak pernah Faisal
rasakan, berbeda dengan teman-teman sebayanya yang lain selalu saja membanggakan
abangnya untuk berlindung apabila diganggu oleh orang lain.
Pagi
itu, Sabtu tanggal 05 Februari 1994 sepasang mata tertuju pada arah jam dinding
yang menunjukan pukul 07.05 wib, dan tepat di depan teras rumah sebuah sepeda
motor sedang dipanaskan dan terlihat dari kejauhan sang Abah yang sibuk
membersihkan motor dan tepat disampingnya sang kakak yang bernama Diar berdiri
tegak.
Tak
lama kemudian Faisal menghampiri Abah dan sang kakak, sembari membawakan tas
sandang yang berisikan pakaian dan makanan yang telah disiapkan oleh sang ibu
untuk menjadi bekal Diar di perjalanan.
“Abang
jadi pulang hari ini juga?” Tanya Faisal
“Iya,
kenapa?”
“Kenapa
tidak menunggu besok aja, kan liburnya masih ada?” Tanya Faisal kembali
“Abang
masuk sekolahnya hari senin, jadi kalau berangkatnya besok kapan abang bisa
istirahatnya”
“Iya
juga sih”
“Sudah
jangan ganggu abang mu, dia itu mau sekolah untuk menuntut ilmu, biar nanti
jadi orang pintar” tegas Abah
“Iya
abah, Faisal tau”
“Ya
sudah, kalau begitu abah berangkat antarkan abang mu kepelabuhan dulu ya”
“Ya
abah, hati-hati dijalan”
Terbesit
doa disaat sang abah dan kakak yang berlalu dengan menggunakan sepeda motornya
“Ya
Allah lindungi lah abah dan abang ku, agar selamat sampai tujuan”.
Hampir
2 tahun berlalu Diar tidak lagi pulang kekampung halaman, dengan alasan ingin
menyelesaikan sekolahnya dulu baru akan pulang kekampung, dan setelah hampir 2
tahun lamanya tak pulang kerumah, akhirnya setelah menyelesaikan studi
ditingkat sekolah menengah atas (SMA) Diar, sapaan sang kakak laki-laki Faisal
tersebut pulang kekampung halamannya, dengan membawa ijazah SMA yang telah ia
selesaikan. Dengan menggunakan kapal laut yaitu yang sering disebut dengan nama
Verry, Diar kembali melangkahkan kakinya kekampung halamannya. Dan kembali
berkumpul dengan sanak keluarga yang ada dikampung.
Namun
tak lama setelah keberadaannya dikampung, ia kembali ingin meninggalkan kampung
halamannya untuk bekerja disalah satu perusahaan swasta yang ada dikota Pekanbaru,
hal ini berkat bantuan salah seorang teman lamanya diwaktu bangku sekolah yang
juga telah bekerja diperusahaan yang sama. Tak kurang dari 1 bulan berada
dikampung halamannya, kini Diar ingin pergi kembali ke kota untuk mengadu nasib
dengan bekerja disalah satu perusahaan swasta yang ada dipekanbaru. Disisi lain
kabar ini mulai terdengar oleh Faisal yang sedang berlibur ditempat neneknya.
Hal ini membuat Faisal lagi-lagi tidak dapat bertemu secara langsung dengan
sang kakak, karena harus kembali meninggalkan kampung halaman untuk mengadu
nasib di kota. Walaupun sempat bertemu beberapa hari sebelum Faisal berangkat untuk
menjenguk sang nenek.
Di
kota Diar memulai hidup yang baru dengan statusnya sebagai seorang karyawan
disebuah perusaan swasta yang bergerak dibidang elektronik. Dan tidak beberapa
lama Diar bekerja di Kota Pekanbaru, terdengar kabar berita yang sangat menyedihkan
bagi pihak keluarga besar Faisal dimana mereka harus merelakan kepergian salah
seorang anak laki-laki kebanggaan keluarga untuk selama-lamanya. Kabar duka itu
didapat dari salah seorang kerabat yang juga tinggal di kota Pekanbaru, dan ini
merupakan sebuah pukulan terberat bagi keluarga besar dan sudah tentu bagi
Faisal sendiri yang merasa ini seakan mimpi, karena setelah sekian lama hampir
2 tahun tidak bertemu karena dipisahkan oleh jarak dan waktu, kini ia harus
menerima kenyataan bahwa perpisahan itu tidak lagi berbicara hanya sebatas
ruang dan waktu, melainkan dua alam yang berbeda. Dan tidak akan ada lagi canda
tawa yang akan tergambar dari sosok abang yang selama ini ia harapkan mampu
menjadi tempat ia mengadu jika ia diperlakukan tidak baik oleh teman-teman
sebaya atau yang lainnya. Dan tidak akan ada lagi celotehan yang sering ia
dengar yaitu “kamu itu anak laki-laki,
jadi harus kuat jangan cengeng seperti layaknya anak perempuan”.
Di
usia Faisal yang baru beranjak 15 tahun tersebut, tak banyak yang ia mampu
katakan karena ia belum begitu paham akan arti kehilangan dan seakan tak
percaya dengan apa yang telah menimpa saudara laki-lakinya tersebut. Tampak
raut wajah sedih dan terluka yang begitu mendalam yang terjadi pada kedua orang
tua Faisal dan tetesan air mata itu pun tak terbendung lagi, dan pelukan hangat
dari sang Abah yang sedikit memberikan ketenangan pada sang Ibu yang begitu
sangat terpukul atas musibah tersebut. Ibu mana yang tidak akan sedih akan
kehilangan anaknya, karena tidak ada satu pun ibu didunia ini sanggup melihat
anaknya terluka apalagi harus meninggalkannya untuk selama-lamanya.
Kini
tak ada cerita serta canda tawa yang hadir ditengah-tengah keluarga yang keluar
dari mulut sang kakak, dan seakan belum begitu banyak kenangan yang tersimpan
dalam memori Faisal saat saudara laki-lakinya itu semasa hidupnya. Hal ini
dikarenakan intensitas pertemuan kedua kakak adik tersebut sangat terhitung
jarang bertemu.
Sering waktu Faisal berusaha menemukan sosok
kakak atau abang yang ia harapkan hadir kedalam hidupnya, dan dalam perjalanan
yang panjang. Sempat bertemu dengan seseorang yang sangat peduli dan sayang
dengannya, namun ternyata dibalik semua itu ada sesuatu yang dia sembunyikan
dan maksud tidak baik terhadap Faisal dengan mengambil sebuah keuntungan dari
kedekatan mereka.
Perkenalan
yang tidak pernah direncana sebelumnya terjadi disaat rasa kepercayaan Faisal yang
kurang baik terhadap orang-orang yang ada disekelilingnya. Diantara sekian
banyak yang telah memberikan perhatian tersebut salah satu dari mereka ada yang
menarik perhatian Faisal, dimana ia merasa sangat nyaman untuk mengobrol apapun,
sosok pria itu adalah Arie. Sekilas tentang Arie adalah merupakan rekan kerja
dari Faisal sendiri, padahal sebelumnya tidak pernah terpikirkan olehnya untuk
bisa sedekat itu, dimana setiap mereka mengobrol Faisal merasa sangat nyaman
dan seolah telah menemukan sosok saudara laki-laki (abang) yang telah lama
hilang dihidupnya. Hal ini membuat Faisal menganggap bahwa Arie mampu
menggantikan sosok abang baginya.
Kerinduan
Faisal terhadap sosok seorang kakak atau abang yang tidak pernah ia rasakan
layaknya seperti orang pada umumnya. Walaupun pada dasarnya ia memiliki seorang
abang, namun semua itu seakan tidak pernah ia rasakan, karena selama ini
hubungan kedua kakak adik tersebut seolah tak pernah ada, hanya sebatas ikatan
batin dan darah saja, namun secara kasat mata mereka bahkan tidak memiliki
intensitas pertemuan yang baik.
Disaat
Faisal mulai memiliki kebersamaan itu, namun maut telah memisahkan mereka.
Sungguh ini menjadi pukulan terberat bagi Faisal untuk menerima kenyataan
tersebut, karena telah kehilangan sosok seorang abang atau kakak laki-laki yang
akan mampu membimbingnya.
Sampai
pada suatu ketika ia dipertemukan dengan sosok yang ia kagumi dan berawal dari
kekaguman seorang Faisal terhadap Arie yang notabene lebih muda dibandingkan
dengan usia Faisal sendiri. Namun bukan itu yang menjadi penghalang Faisal
menggangap Arie sebagai sosok abang baginya, karena ia sadar selama ini hampir
belasan tahun ia tidak pernah mendapatkan perhatian dari seorang abang.
kekaguman itu lahir dari sosok Arie yang begitu dewasa dimata Faisal, karena
Faisal sendiri termasuk pribadi yang sangat periang, energik dan humoris, serta
sulit untuk bisa menerima pandangan dari orang lain, hal ini disebabkan Faisal sendiri
terkenal dengan tipe yang sangat keras kepala dalam mengambil setiap tindakan
selalu berdasarkan pemikirannya saja, tanpa mau memperdulikan masukan dari
orang lain, termasuk dari keluarga, sahabat terdekatnya. Namun sejak hadirnya
sosok Arie yang ia anggap sebagai abangnya tersebut mampu meluluhkan hatinya
sehingga Faisal mau menuruti setiap nasehat yang keluar dari mulutnya. Dan kini
Faisal benar-benar berharap Arie bisa menjadi saudara laki-laki baginya. Dan
pertemuan itu merupakan langkah awal bagi Faisal untuk bisa mengenal sosok
seorang teman yang sekaligus ia anggap sebagai seorang abang angkatnya. Namun
dibalik itu semua kedekatan Faisal dan Arie ditanggapi negatif oleh sebagian
teman-teman mereka, sehingga banyak yang menganggap bahwa hubungan yang Faisal
jalani itu sebuah prilaku yang aneh dan menyimpang. Dan seiring waktu kedekatan
itu menunjukan arti sebagai seorang kakak adik, namun sebuah kesalahan yang
sangat fatal telah dilakukan oleh Faisal, dimana Arie menganggap telah
dimanfaatkan sebagai objek penelitian sebuah tulisan yang sedang digarap oleh
Faisal.
Bersambung…………..
0 komentar:
Posting Komentar