RSS
Jurnal Pribadi Muhammad Syafi'i

Sinopsis "Pria Juga Menangis"

            Dari kecil Ahmad selalu diajarkan untuk hidup mandiri dan selalu berbakti kepada kedua orang tuanya, walaupun sempat lahir dan besar di sebuah kampung, namun tekad seorang Ahmad begitu besar untuk menjadi seorang sarjana dan ingin membahagiakan orang tuanya serta keluarganya. Namun semua itu tak mudah untuk Ahmad raih, karena ia harus bisa berjuang dengan keras untuk meyakinkan kedua orang tuanya agar bisa kuliah dengan keterbatasan ekonomi keluarganya.
Masalah demi masalah sering menimpa Ahmad, mulai dari harus pindah dari kampung halamannya dan berpisah dengan para sahabat kecilnya, dan harus beradaptasi dengan lingkungan baru di kota, dan rintangan untuk bisa kuliah adalah hal terberat yang mesti Ahmad lalui, sampai pada masalah percintaannya yang sempat mencintai beberapa gadis yang juga sempat hadir dikehidupannya. Tak mudah untuk Ahmad menemukan cinta sejatinya, berkali-kali gagal dan kisah itu seakan terus berulang-ulang seolah tanpa ujungnya, namun dibalik itu Ahmad berusaha untuk menyikapinya dengan baik, jika semua itu adalah ujian dari sang maha kuasa pada dirinya.
Namun seiring waktu, kisah yang sama terus menghampirinya, dan untuk kesekian kalinya Ahmad harus mengalami kegagalan dalam menjalin sebuah biduk cinta dengan seorang gadis pujaannya. Dan tidak hanya sebatas itu saja ujian datang kepada Ahmad, karena ia juga harus kehilangan sahabat, pekerjaannya dan kepercayaan dari orang-orang disekitarnya, serta rasa kepercayaandirinya. Dan semua itu benar-benar merupakan pukulan terberat yang pernah ia alami hampir dalam kurun waktu hampir dua tahun. Rasanya waktu yang ia miliki itu seakan habis untuk menanti sebuah harapan dimana akan datang kebahagiaan yang benar-benar hakiki padanya. Dilema itu terus menerus datang silih berganti, seakan tiada ujungnya, namun dibalik itu ia semakin kuat dan yakin akan keberadaan sang khaliq yang akan selalu mengiringi setiap langkahnya.
Bangkit dari sebuah keterpurukan bukan semudah bak membalikkan telapak tangan, karena telah terjadi pergulatan yang sangat hebat dalam bhatin Ahmad untuk bisa bangkit dan kembali bisa mengatakan jika ini adalah bagian yang mesti harus ia lewati dan semua ini hanya cobaan bukan hukuman dari tuhan. Dalam gejolak bhatin inilah letak masa-masa sulit yang mesti dilewati Ahmad, agar ia bisa lolos dari ujian ini sehingga ia mampu menaikkan harkat dan derajatnya, serta mengembalikan senyum dan semangat yang selama ini menjadi jati dirinya.

“Menjadi spesial itu bukan sesuatu yang di ucapkan, namun melainkan sesuatu yang bisa dirasakan dan merasakan kehadirannya begitu berarti”